Merek-merek yang terkena getah PPnBM 125% diperkirakan akan mengubah fokus mereka ke mobil-mobil berkapasitas mesin lebih rendah.
Setelah tak jelas rimbanya sejak dicetuskan tahun lalu, akhirnya ada selintas petunjuk soal kepastian penaikan pajak penjualan barang mewah (PPnBM), dengan
mobil-mobil mahal sebagai target operasi utamanya. Sederet pabrikan pun bersiap menyambut dan mencari celah agar penjualan mereka tetap moncer meski kelak diterpa pajak teramat besar.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-lah yang mengungkapkan pemerintah bakal mengubah peraturan terdahulu tentang PPnBM bagi kendaraan bermotor, dari semula 75% menjadi 125%. ‘Berlaku bulan depan (April)’, tulis SBY pada Jumat (21/3) melalui akun Twitter @SBYudhoyono.
Kendaraan bermotor yang terkena besaran pajak baru tersebut, lanjut SBY, ialah mobil jenis sedan atau station wagon. ‘(Yang terkena ialah mobil bermesin) 3.000 cc untuk motor bakar cetus api (bensin) dan 2.500 cc untuk bahan bakar nyala kompresi (diesel)’, tutupnya.
Para agen tunggal pemegang merek (ATPM) yang menjadi ‘sasaran tembak’ PPnBM baru pun langsung memasang kuda-kuda. Dengan PPnBM kian tinggi, pertumbuhan pasar mobil-mobil kelas atas dengan harga pembuka Rp500 jutaan itu memang diprediksi akan mandek untuk beberapa saat.
“Terlalu idealistis jika kami mengatakan tidak ada pengaruhnya terhadap pasar mobil premium,” ujar Managing Director of Eurokars Artha Utama Christoph Choi kepada Media Indonesia, Selasa (1/4), di Jakarta.
Eurokars Artha Utama merupakan ATPM Porsche di Indonesia.
Christoph menilai pada tahun ini pertumbuhan segmen mobil premium akan melambat, tetapi bakal kembali pulih setelah beberapa saat.
“Semua bergantung pada perilaku konsumen. Apalagi tahun ini ada pemilu,” tukasnya.
Senada dengan Porsche, Infiniti memperkirakan stagnasi dari segmen yang berkontribusi kurang dari
1% terhadap bobot pasar roda empat nasional itu. “Saya tidak berpikir volume (penjualan) akan meningkat.
Setahun ini penjualan akan melambat,” papar Wakil Presiden Direktur Pemasaran dan Penjualan Nasional PT Nissan Motor Indonesia Yoshiya Horigome, beberapa waktu lalu.
Ia mengatakan deselerasi penjualan juga terkait dengan perubahan strategi beberapa produsen mobil yang merakit produk mereka di dalam negeri. Merek-merek yang terkena getah PPnBM 125%, jelas Horigome, akan mengubah fokus mereka ke mobil-mobil berkapasitas mesin lebih rendah.
“Butuh satu sampai dua tahun.
Karena itu, pabrikan yang dapat memberikan respons tercepat terhadap kondisi inilah yang akan unggul nantinya,” pungkasnya lagi.
Berbeda dengan kedua kompatriot mereka, ATPM Jaguar-Land Rover di Tanah Air masih optimistis akan adanya pertumbuhan penjualan di tahun kuda kayu meski tidak sehebat biasanya. Wakil Direktur PT Grand Auto Dinamika (GAD) Lisa Wijaya mengungkapkan kelompok mobil premium di industri otomotif nasional dalam kondisi ‘normal’ bisa tumbuh hingga 7% per tahun secara rata-rata. “Untuk tahun ini mencapai 5%-6% masih bisa,” ucapnya, akhir bulan lalu di Jakarta.
BMW cukup percaya diri dengan tetap mengincar pertumbuhan penjualan perusahaan hingga dua digit seperti pada 2013. Sekarang pun mayoritas penjualan BMW berasal dari produk di bawah 3.000 cc. Persentasenya sekitar 90%,aku Presiden Direktur BMW Group Indonesia Ramesh Divyanathan pascapeluncuran All-New BMW X5, belum lama ini.
Maksimalkan model lain Lalu bagaimana strategi spesifik mereka untuk menyikapi kebijakan pemerintah perihal PPnBM?
InĂ¯¬niti, Porsche, dan Land Rover mengaku akan memperbanyak pemasaran dan penjualan modelmodel dengan kapasitas mesin yang tak terkena PPnBM 125%.
“Tidak semua model kami terimbas oleh PPnBM. Kami punya mobil di bawah 3.000 cc di Indonesia seperti Cayman 2.7 L, Boxster 2.7 L, juga Panamera S,” kata Christoph tentang strategi Porsche. Horigome menandaskan, Inti akan lebih fokus di produk-produk mobil bermesin kurang dari 3.000 cc.
“Kami akan memperkenalkan mobil kami yang berada di bawah 3.000 cc,” sambung Horigome.
Itu agak berbeda dengan yang dilakukan NMI terhadap merek Nissan yang produknya tak melulu premium. Menurut Horigome, Nissan akan mengalihkan pemosisian MPV Elgrand 3.5 L dari entry level ke high grade dan bergerak lebih trengginas di varian 2.5 L.
“Tak apa-apa kami kehilangan bisnis di 3.5 L, tapi yang 2.5 L akan meningkat,” ujarnya.
Hampir sama dengan Nissan, Mazda juga mengaku tetap melanjutkan penjualan produk mereka yang berkapasitas mesin 3.000 cc ke atas, CX-9, tanpa mengejar target volume. "CX-9 kami lebih ditujukan untuk penguatan brand, bukan vol ume maker dari awal," aku Manajer Pemasaran PT Mazda Motor Indonesia Astrid Ariani Widjana di sela-sela Otomotif Award 2014, penghujung Maret di Jakarta.
Pasar yang tipis memang membuat pengaruh penaikan PPnBM sepertinya tak terlalu menggalaukan sua sana hati pabrikan mobil premium. Benar atau tidaknya, barangkali menarik kalau kita tunggu saat aturan baru itu betul-betul diterapkan. (S-2/MEDIA INDONESIA,10/04/2014, HAL : 22-23)