Banjir yang masih bakal melanda Jakarta terus diantisipasi oleh pemerintah provinsi, kota, hingga tingkat kelurahan. MUSIM hujan tiba dan banjir pun kembali mengancam Jakarta. Berbagai upaya dilakukan un tuk meminimalisasi bencana yang selalu melanda Ibu Kota itu, antara lain menormalisasi aliran sungai dengan cara mengeruk lumpur dan menertibkan bangunan di bantarannya.
Normalisasi sungai tidak hanya dilakukan pada aliran Sungai Ciliwung, tetapi juga di sejumlah sungai lain yang mengalami pendangkalan akibat sedimentasi dan penyempitan karena diserobot warga untuk mendirikan bangunan. Salah satu sungai atau kali yang kini tengah dikeruk akibat pendangkalan ialah Kali Angke yang berada di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Kali tersebut mulai dikeruk awal pekan ini pada bagian hilir, tepatnya di Kelurahan Kapuk Muara. Pengerukan dilakukan karena kedalaman kali tersebut kini hanya tinggal 0,5 meter hingga 2 meter, padahal kedalaman asli Kali Angke mencapai 8 meter. Akibat pendangkalan itu, permukiman di sepanjang kali di kelurahan tersebut kerap dilanda banjir setiap kali hujan ataupun saat terjadi hujan di bagian hulu.
Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Utara Satriadi mengatakan pengerukan Kali Angke sepanjang 200 meter di Kelurahan Kapuk Muara diperkirakan memakan waktu 1,5 bulan. Pengerukan tersebut dilakukan oleh salah satu pengembang permukiman dalam mengantisipai banjir.
“Kedalaman hilir Kali Angke saat ini bervariasi dari 0,5 meter sampai 2 meter. Dengan pengerukan ini, kali akan diperdalam hingga mencapai 8 meter,“ katanya, Selasa (9/12).
Mulai dikeruknya Angke membuat warga tiga RW, yakni 01, 04, dan 05 Kelurahan Kapuk Muara, atau yang berdekatan dengan kali tersebut, senang. Pasalnya, selama ini permukim an mereka sering terendam banjir akibat luapan kali tersebut. Dengan dikeruknya dasar kali, mereka berharap pada musim hujan kali ini tidak terjadi banjir.
Menurut Ketua RW 01, Purnomo, ribuan warga yang tinggal di sekitar kali menderita akibat kondisi Kali Angke yang dangkal.Sekalipun wilayah itu tidak hujan, bila hujan mengguyur wilayah Bogor, Jawa Barat, air kali dipastikan meluap. “Kalau kondisi air di Bendungan Katulampa sudah siaga dua dan tiga, pasti besoknya permukiman warga akan terendam banjir setinggi 50 sentimeter,“ tuturnya di lokasi pengerukan, Selasa (9/12).
Menurutnya, pada 1975 penduduk sekitar banyak yang memanfaatkan air Kali Angke untuk keperluan mandi, minum, dan memasak karena jernih. Kedalaman kali saat itu mencapai 8-10 meter. Namun, pada sekitar 1990, warna air berangsur berubah menjadi hitam pekat dan kerap dilalui sampah.Bangunan dibongkar Antisipasi banjir juga dilakukan oleh Pemkot Jakarta Barat dengan membongkar bangunan liar di atas saluran air di wilayah Kelurahan Tegal Alur, Kecamatan Kalideres.
Sebanyak 40 bangunan permanen dan semipermanen yang dibongkar paksa oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja itu merupakan hunian dan lapak pedagang kaki lima. Lurah Tegal Alur Anik Sulastri mengatakan penertiban bangunan dilakukan untuk mengembalikan fungsi saluran air. Apalagi, wilayahnya termasuk salah satu langganan banjir di Jakarta Barat. Oleh karena itu, dalam dua bulan terakhir pihaknya gencar merefungsi kali dan saluran untuk meminimalisasi banjir.
“Wilayah Tegal Alur termasuk rawan banjir. Makanya dalam dua bulan terakhir kami gencar melakukan penertiban bangunan yang berdiri di atas saluran serta membersihkan alirannya agar tidak terhambat sampah,“ ujar Anik, kemarin.
Menurutnya, warga yang bangunan huniannya dibongkar tidak mendapatkan ganti rugi karena mereka melanggar aturan. Adapun pedagang kaki lima yang lapaknya juga dibongkar sudah didata untuk direlokasi ke pasar binaan di Tegal Alur. (Tes/J-3) Media Indonesia, 12/12/2014, halaman 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar