02 Juli 2014

Berbelanja dan Naik Bus tanpa Uang Tunai

Pada 6 Juli, bus-bus di London mulai menggunakan transaksi nontunai. Untuk membeli tiket, penumpang cukup membawa kartu debit dan kredit. ANGAN-ANGAN untuk menjadikan masyarakat bebas uang tunai sepertinya semakin di depan mata.

Pelanggan sekarang dapat mencicipi masa depan tanpa uang kertas dan koin untuk melakukan transaksi. Suatu kawasan ritel di Manchester Selatan, Inggris, mulai bereksperimen dengan memberlakukan satu hari bebas uang tunai. Pada hari itu, pembelanja diharuskan bertransaksi nontunai.

Hal tersebut menandai perubahan pola transaksi ekonomi masyarakat. Itu dibuktikan dengan laporan dai Asosiasi Kartu Inggris (UK Cards Association) yang mengklaim 3/4 pembayaran di sektor retail saat ini menggunakan kartu kredit dan kartu debit, melonjak ketimbang setengah dekade yang lalu.

Transaksi pembayaran nontunai kini tidak hanya di sektor ritel, tapi juga sektor transportasi. Pada 6 Juli, bus-bus di London mulai menggunakan transaksi nontunai. Untuk membeli tiket, penumpang cukup membawa kartu debit dan kredit, tanpa perlu recehan.

Hal yang sama diberlakukan di kawasan bisnis di Beech Road, Manchester. Pebisnis ritel, baik pusat perbelanjaan, kafe, toko roti, restoran, maupun pub turut berpartisipasi dalam hari bebas uang tunai.
Pemilik restoran piza dan bar The Laundrette, Pattrick Hall, menegaskan meski bebas tunai, pihaknya tetap membebaskan pembeli memberi tip kepada pelayan dengan menggunakan uang tunai. “Pada akhir pekan biasanya 70% pembayaran menggunakan kartu dan 30% secara tunai.“

Namun, menurut Hall, ia ingin mendorong para pelanggannya berpartisipasi dalam semangat hari bebas uang tunai dan membayar dengan kartu.

Sedikit berbeda, restoran Epicerie Ludo menetapkan batas minimum transaksi menggunakan kartu sebesar 5 pound sterling.

Meski sedikit pesimistis pembayaran nontunai bisa total dilakukan, Manajer Epicerie Ludo Sarah Raine menegaskan dirinya mendorong transaksi nontunai. “Saya akan mempromosikan pembayaran secara nontunai sebanyak mungkin.“

Kendati demikian, pembayaran nontunai akan menemui kendala jika diberlakukan di agen koran. Pasalnya, banyak anak kecil yang membeli permen di situ dan mereka terlalu muda untuk bertransaksi nontunai.

Secara terpisah, Mark Latham dari provider transaksi nontunai Handepay mengatakan Inggris merupakan negara terdepan yang mengimplementasikan nontunai. “Karena publik selalu memiliki keinginan kuat untuk menikmati teknologi baru,“ ujarnya.

Namun, ternyata tidak semua orang sepakat dengan revolusi itu. Dari hasil survei yang dilakukan pada awal Juni ini, 38% konsumen menghindari pembayaran nontunai karena belum paham dan khawatir dengan kemanan transaksi tersebut.

(The Guardian/Aim/E-4) - Media Indonesia, 23/06/2014, halaman 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar